Studi Ungkap Video Game Turunkan Risiko Depresi Anak Laki-Laki

www.artjunction.orgStudi Ungkap Video Game Turunkan Risiko Depresi Anak Laki-Laki. Sepanjang pandemi COVID-19, banyak anak dan remaja menghabiskan waktu berjam-jam di depan komputer & perangkat-perangkat elektronik yang lain. Pembelajaran jarak jauh (di rumah) serta pembatasan kegiatan masyarakat berarti bahwa ada lebih sedikit kegiatan rekreasi untuk anak-anak dan remaja.

Sebuah studi baru yang diterbitkan bulan ini di jurnal Psychological Medicine menunjukkan bahwa aktivitas gadget (termasuk bermain video game) memengaruhi kaum muda. Penulis penelitian mendapati bahwa memainkan video game secara teratur dihubungkan dengan resiko depresi yang lebih rendah pada anak laki-laki (daripada perempuan).

Risiko Depresi pada Anak Laki-Laki dan Video Game

Dr. Britni Belcher, MPH, asisten profesor kedokteran pencegahan di Keck School of Medicine di University of Southern California, Los Angeles, tidak terlibat dalam penelitian ini. Mengenai nuansa penggunaan gadget khususnya dalam kesehatan mental anak.

Studi tersebut mengevaluasi 11.341 remaja yang berpartisipasi dalam “Millennium Cohort Study”. Studi ini sedang berlangsung untuk melacak anak-anak yang lahir antara tahun 2000 dan 2002 di Inggris. Saat peserta berumur 11 tahun, mereka memberi tahu para peneliti seberapa kerap mereka memainkan video game, memakai sosmed, dan terlibat dalam penggunaan internet di waktu luang mereka.

Kemudian, mereka menyelesaikan survei gejala depresi pada remaja berusia 14 tahun. Dibandingkan dengan anak laki-laki yang jarang bermain video game, anak laki-laki di bawah usia 11 tahun yang bermain video game sekali atau lebih per bulan mengalami penurunan skor depresi sebesar 24% hingga 31% pada usia 14 tahun.

Ketika penulis penelitian mengontrol tingkat aktivitas fisik, mereka menemukan bahwa ada hubungan antara penggunaan video game secara teratur dan skor depresi yang lebih rendah, yang hanya signifikan pada anak laki-laki dengan tingkat latihan yang lebih rendah.

Penulis berspekulasi bahwa video game memberi anak laki-laki kesempatan interaksi sosial dan hiburan yang bermanfaat, dan mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan ini melalui olahraga atau latihan fisik.

Diperlukan Lebih Banyak Penelitian

Lebih banyak penelitian diperlukan untuk lebih memahami hubungan antara bermain video game dan kesehatan mental pada anak-anak dan remaja. Jenis video game, media sosial, atau situs web tertentu yang digunakan oleh remaja dapat memengaruhi kesehatan mental produk ini.

Jumlah waktu yang dihabiskan untuk aktivitas waktu pemutaran juga memengaruhi potensi manfaat dan risiko aktivitas itu. Penulis studi baru bertanya kepada peserta seberapa sering mereka berpartisipasi dalam aktivitas video game, tetapi tidak menanyakan peserta berapa jam yang mereka habiskan untuk aktivitas ini.

Belcher berkata: “Dari perspektif kesehatan masyarakat, Anda tidak perlu menandai semua video game yang baik untuk kesehatan mental.”

Baca Juga: 8 Laptop Gaming Terbaik di Dunia pada Tahun 2021

Penelitian mereka menunjukkan bahwa ada hubungan antara penurunan tingkat depresi pada kelompok anak laki-laki tertentu. Namun, saya pikir lebih banyak penelitian perlu dilakukan untuk memahami berapa banyak waktu yang dibutuhkan untuk perilaku ini selanjutnya .

Mempraktikkan Kebiasaan Sehat Tak Kalah Penting

Untuk mendapatkan kesehatan mental dan fisik yang terbaik, sangat penting bagi anak-anak dan remaja untuk menjaga keseimbangan antara bermain video game dan berolahraga. Dr. Jason Nagata, asisten profesor pediatri di Fakultas Kedokteran Universitas California di San Francisco, mengatakan bahwa orang tua harus membatasi waktu yang dihabiskan anak-anak mereka untuk bermain video game dan memastikan mereka cukup tidur dan melakukan aktivitas fisik.

Nagata menyarankan para orang tua untuk meminta anak-anaknya menghindari bermain video game satu jam sebelum tidur dan menyimpan gadget sebelum tidur di malam hari. Pada dasarnya, berdiskusi dan mencapai kesepakatan dengan anak, kapan harus bermain video game, dan kapan melakukan aktivitas lain.

Karena apapun yang terlalu tinggi, meskipun itu baik, bisa jadi buruk.

Anak-Anak Sering Main Game? Hati-hati 7 Dampak Ini

Anak-anak cenderung menyukai hal-hal yang menarik, termasuk bermain video game. Hal tersebut membuat anak-anak sering menghabiskan banyak waktunya untuk bermain game, bahkan menjadi ketagihan. Bahkan, Anda bisa sesekali membiarkan si kecil bermain game untuk mengisi waktu luang. Namun, jika Anda melakukannya terlalu sering, ini dapat menyebabkan konsekuensi yang tidak diinginkan.

Faktanya, anak-anak yang memainkan banyak permainan mungkin memiliki banyak efek, termasuk efek pada kesehatan fisik dan kesehatan mental. Kebiasaan menghabiskan waktu bermain game akan membuat anak Anda ketagihan. Jika tidak bermain, Anda akan merasa gelisah, mudah tersinggung, sulit berhenti bermain game, dan tidak peduli dengan orang di sekitar Anda hingga timbul gejala penyakit seperti migrain atau capek. mata muncul.

Dampak Keseringan Main Game

Terlalu sering bermain game, terlebihi sampai membuat anak tak melakukan aktivitas lain bisa memicu beragam dampak buruk, di antaranya:

1. Kesehatan Mata Terganggu

Saat bermain game otomatis, terlalu lama menatap layar komputer atau gadget dapat menyebabkan kesehatan mata anak menurun, mulai dari mengurangi kelelahan mata hingga kerusakan saraf mata.

2. Gangguan Motorik

Hanya duduk dan bermain game sepanjang hari juga akan membuat gerak anak Anda berkurang. Akibatnya, seiring berjalannya waktu, kemampuan motorik anak akan menurun, yang akan membuat perkembangan fisiknya tidak dapat mencapai kondisi optimal, yang menempatkan anak pada risiko obesitas.

3. Nyeri Sendi

Saat bermain game, anak secara tidak sadar akan bermalas-malasan atau berbaring. Posisi duduk ini bukanlah posisi duduk yang sehat. Jika anak Anda duduk dalam posisi yang salah dalam waktu yang lama, hal itu dapat membuat ototnya kaku dan menyebabkan nyeri sendi.

4. Menurunkan Tingkat Konsentrasi Anak

Menurut penelitian, memanjakan diri dalam bermain game bisa menyebabkan anak mengalami masalah kurangnya perhatian. Saat anak suka bermain game, struktur dendritik sel di otak akan berubah. Hal tersebut menyebabkan konsentrasi anak menurun, sehingga ia mudah lupa dan tidak dapat berkonsentrasi. Paparan radiasi peralatan elektronik juga dapat melemahkan konsentrasi anak.

5. Anak Kurang Bersosialisasi

Anak di bawah umur yang kecanduan bermain game biasanya lebih suka bermain di komputer di rumah daripada bermain di luar bersama teman. Akibatnya, jika anak harus berinteraksi dengan lingkungannya, mereka akan menjadi kikuk atau tidak mampu.

6. Masalah Komunikasi

Keterampilan sosial tidak hanya menjadi masalah, anak yang kecanduan game juga akan kesulitan untuk berkomunikasi. Kegiatan komunikasi tidak hanya mendengarkan dan menanggapi perkataan orang lain, tetapi juga membaca ekspresi wajah orang lain. Seringkali sulit bagi anak yang tidak ramah untuk melakukan hal ini.

7. Anak Jadi Lebih Agresif

Anak-anak yang kecanduan bermain game yang mengandung unsur kekerasan seperti peperangan dan perkelahian biasanya lebih agresif dan emosional. Meski begitu, sebenarnya bermain game juga bisa membawa manfaat bagi anak, termasuk membantu mereka dengan kemampuan memecahkan masalah dan meningkatkan kreativitas.

untuk itu, penting bagi orang tua untuk lebih bijak dalam memberikan izin anak bermain game, bukan malah melarangnya sama sekali.

WHO: Kecanduan Game Merupakan Gangguan Mental

Bermain game pada dasarnya menyenangkan, apalagi jika Anda memiliki banyak waktu luang untuk bermain. Namun, jika si kecil terus bermain game, mereka perlu mengkhawatirkannya di sini. Pasalnya, bagi sebagian orang, bermain game bisa membuat ketagihan, yakni membuat ketagihan.

Baca Juga: 11 HP Xiaomi Terbaru Beserta Spesifikasinya Maret 2021

Sebaiknya jangan meremehkan sifat adiktif dari game ini. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kecanduan game diklasifikasikan sebagai gangguan mental. Langsung saja simak ulasan lengkapnya di bawah ini.

Kecanduan Game Gangguan Mental?

Bermain game pada dasarnya menyenangkan dan bisa menghilangkan rasa bosan, sehingga bisa memanfaatkan waktu luang. Bermain game mengaktifkan banyak bagian otak, termasuk “sirkuit kesenangan”. Namun, jika aktivitas yang menyenangkan ini memakan banyak waktu dan bahkan membuat si kecil ketagihan, mungkin akan merepotkan.

Pasalnya, WHO telah menetapkan bahwa kecanduan game atau gangguan bermain game adalah gangguan jiwa. Para ahli dari WHO telah menambahkan kecanduan game ke Klasifikasi Statistik Internasional Penyakit (ICD) ke-11.

Draf dokumen ICD menggambarkannya sebagai perilaku permainan yang terus menerus atau berulang, yang begitu serius sehingga “(permainan) lebih diutamakan daripada kepentingan hidup lainnya”. Faktanya, beberapa negara telah mengidentifikasi kecanduan game sebagai masalah kesehatan masyarakat yang utama.

Menurut Dr. Pakar kecanduan teknologi (pakar kecanduan teknis) Richard Graham dari London Nightingale Hospital telah memasukkan kecanduan game ke dalam ICD dan telah disambut oleh pakar kesehatan.

“(Kecanduan game) penting karena menciptakan peluang untuk layanan yang lebih profesional. Ini perlu ditanggapi dengan serius.”

ICD adalah sistem yang mendaftar penyakit dan gejala, tanda dan penyebabnya yang dikeluarkan oleh WHO. Nah, kecanduan game semacam ini kini telah digolongkan oleh para ahli dalam daftar penyakit yang disebabkan oleh perilaku adiktif. Dengan kata lain, itu adalah penyakit yang disebabkan oleh kebiasaan atau kecanduan. Jadi, kecanduan seperti apa yang harus Anda waspadai?

Bila ketiga syarat tersebut terpenuhi maka dapat dikatakan bahwa kecanduan game ini adalah penyakit:

  1. Jika pemain (pemain game) tidak bisa mengontrol kebiasaan bermain game.
  2. Mulailah memprioritaskan permainan di atas aktivitas lainnya.
  3. Bahkan jika ada efek negatif yang jelas terlihat, teruslah bermain.

Nah, ketiga tanda di atas pasti muncul atau sudah terlihat dalam waktu satu tahun sebelum didiagnosis. Untungnya, tidak semua jenis game membuat ketagihan dan dapat menyebabkan gangguan. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, aktivitas bermain game hanya disebut gangguan mental jika mengganggu atau mengganggu kehidupan pribadi, keluarga, pekerjaan, sosial, dan pendidikan. Lantas, bagaimana caranya agar anak Anda tidak kecanduan game? Ya, setidaknya Anda bisa mencoba beberapa metode.

Tips Membatasi Anak yang Gemar Nge-game

Menurut penelitian, ada banyak pengaruh kurang baik yang dapat mengancam anak-anak yang acapkali menghabiskan waktu dengan bermain video game. Lantas, bagaimana sih cara membatasi anak bermain game?

  • 1. Tidak Menaruh Komputer di Kamarnya

Teknik ini bisa dikatakan paling “efektif”. Singkatnya, jangan letakkan komputer atau TV di kamar anak. Tujuannya untuk memudahkan ibu atau pengasuh memantau waktu video game. Ya, anak-anak bisa bermain game di dalam kamar tanpa sepengetahuan orang tua mereka.

Jika anak Anda bermain game di smartphone, tablet, atau konsol game portabel, minta dia untuk menyimpan alat-alat ini saat dia tidur, makan, atau pergi ke kelas. Namun, jika anak masih “bandel”, bunda bisa menjaga alat-alat tersebut. Kemudian, Anda dapat memberikan reward kepada anak-anak setelah mereka menyelesaikan studinya.

  • 2. Pakai Fitur Parental Control

Coba gunakan fungsi parental control, karena teknik ini juga sangat efektif dalam membatasi anak untuk bermain game. Kini, di hampir setiap game, terdapat fungsi yang memungkinkan para ibu untuk mengelola semua konten yang terkait dengan game tersebut. Nah, dengan fungsi ini, Anda bisa mengatur waktu bermain game bagi anak-anak.

  • 3. Tegaskan Peraturan Sebelum Bermain

Sebelum anak Anda bermain video game, minta dia untuk memperhatikan waktu. Kemudian, orang tua bisa membuat aturan tentang waktu bermain. Misalnya, mengklaim bahwa Anda harus berhenti bermain satu jam dari sekarang. Dengan cara ini, si kecil tidak bisa membuat alasan.

Oleh karena itu, jika anak Anda mengalami kecanduan game atau gangguan kesehatan fisik dan mental lainnya, Bunda dapat memeriksakan kondisinya di rumah sakit yang dipilih.

  • 4. Tetapkan Batas.

Apakah anak-anak menghabiskan terlalu banyak waktu untuk bermain game online? Tanpa gadget, apakah dia akan bingung? Kemudian bantu anak-anak memulihkan keseimbangan antara dunia game online dan dunia nyata. Oleh karena itu, batasi durasi, lokasi, dan bahkan batasan berdasarkan hari dalam seminggu.

  • 5. Ambil Gadget dan Jauhkan dari Anak.

Jika pengaturan batas tidak berfungsi dengan baik, jelaskan kepada anak-anak Anda bahwa game online menjadi semakin penting dalam hidup mereka. Letakkan gadget di tempat yang tidak dikenal anak-anak. Ingat, belajar adalah hal terpenting bagi anak-anak saat ini. Beri tahu anak Anda bahwa dia bisa bahagia tanpa bermain game online. Setelah itu, selama anak bisa bermain, diskusikan dengan baik.

  • 6. Berbagi Gadget.

Cara efektif lain untuk mencegah anak-anak memanjakan diri dengan game online adalah dengan meminta mereka berbagi gadget dengan orang tua. Dengan asumsi bahwa gadget yang digunakan untuk bermain game online tidak sendiri, maka dapat dikatakan orang tua membutuhkannya untuk keperluan bekerja. Ini menunjukkan bahwa orang tua sangat serius melarang anak bermain game online.

  • 7. Sembunyikan.

Bila anak terlalu mengandalkan gadget yang digunakan untuk bermain game online, coba sembunyikan sebentar. Cobalah membujuk anak untuk mengerjakan pekerjaan rumah dan pekerjaan rumah lainnya sambil menyimpan gadget. Jika anak dalam keadaan sehat, tolong berikan gadget tersebut kepada anak untuk dimainkan sebentar.

  • 8. Jadikan Sebuah Reward.

Orang tua juga dapat memberikan tantangan dan reward bagi anak-anak untuk bermain game online. Misalnya, jika seorang anak dapat menyelesaikan 3 tugas atau melakukan beberapa hal positif, maka ia dapat bermain game online selama 1 jam (atau waktu yang ditentukan oleh orang tua). Namun harus juga dihukum, misalnya jika anak tidak bisa menyelesaikan tugas, dia tidak diperbolehkan bermain.

  • 9. Bicarakan tentang Dampak Bermain Game Online.

Jika anak menjadi terlalu kritis dan tidak menyukai aturan yang diterapkan orang tuanya, maka sebenarnya mereka menunjukkan kecerdasan. Oleh karena itu, orang tua dapat berdiskusi dengan mereka tentang alasan mengapa orang tua membatasi anak mereka untuk bermain game online. Jelaskan kepadanya bahwa kebiasaan dan kecanduan game online adalah hal yang buruk dan dapat membawa dampak negatif.

Jika cara ini masih belum menyelesaikan masalah, maka sudah saatnya orang tua mencari bantuan profesional kemudian pergi ke rumah sakit terdekat untuk bertemu dengan psikolog anak.

Risiko dan Masalah Kesehatan Akibat Kecanduan Game Online

  • Ingatlah bahwa kecanduan video game dapat berdampak negatif pada pikiran dan tubuh anak yang sedang berkembang. Pemain dewasa juga mungkin mengalami efek buruk dari game online. Berikut beberapa masalah kesehatan yang mungkin dialami anak-anak yang kecanduan game online:
  • Lebih sedikit tindakan. Bermain game online dalam waktu yang lama menyebabkan kurangnya latihan fisik, yang menyebabkan masalah kesehatan seperti penambahan berat badan, postur tubuh yang buruk, dan peningkatan risiko diabetes tipe 2 pada anak-anak dan remaja.
  • Kurangnya interaksi sosial. Game online tidak dapat mempersiapkan anak untuk interaksi sosial yang baik dengan teman sebayanya. Mempelajari cara berinteraksi dengan orang lain di dunia nyata adalah keterampilan sosial yang penting, dan anak-anak yang bermain game online mungkin terlalu lama mengabaikannya.
  • Alihkan perhatian dan konsentrasikan. Akibatnya, prestasi anak-anak di sekolah menjadi tidak baik.
  • Kekerasan meningkat. Game online berisi banyak perkelahian, perkelahian, atau perilaku kekerasan, yang dapat menyebabkan anak-anak berpartisipasi dalam praktik adegan tersebut di dunia nyata.
  • Kejang dan cedera stres berulang. British Medical Journal (BMJ) menerbitkan artikel tentang risiko bermain video game untuk pemain yang menderita epilepsi atau kejang lainnya. Grafik yang berkedip-kedip, cahaya, dan warna tampilan video game dapat memicu kejang pada beberapa pemain. Ada juga bukti bahwa permainan kompulsif dapat menyebabkan cedera tekanan berulang pada pergelangan tangan atau tangan